Selasa, 24 April 2012

PERINGATAN HARI KARTINI: SAAT UNTUK MEREFLEKSI DIRI



Pada tanggal 21 April ini kembali diperingati Hari Kartini yang ke 133, sebuah usia yang cukup matang dan dewasa. Akan tetapi kalau mau direnungkan secara mendalam, sebuah pertanyaan yang muncul adalah apakah di usia ulang tahun yang sudah lebih dari satu abad ini,  pemikiran dan ide cemerlang Kartini sudah terealisasi, kendala apa yang terjadi, dan masih banyak pertanyaan lainnya. Sehubungan dengan itu tulisan ini mengajak kita (kaum pria dan khususnya perempuan) untuk merefleksikan diri tentang berbagai persoalan perempuan, khususnya apakah hukum dapat dipakai sebagai sarana untuk mewujudkan kesetaraan,  kesejahteraan, keadilan kepada kaum perempuan?

           Masih segar dalam ingatan kita, bagaimana di masa yang sangat sulit Kartini dengan segala keterbatasannya menolak perbedaan perlakuan yang diberikan kepada kaum perempuan. Anggapan bahwa perempuan tidak perlu menuntut pendidikan terlalu tinggi, karena tugas perempuan hanyalah mengurus keluarga dan mendampingi suami, perempuan adalah konco wingking telah ditolak oleh Kartini. Penolakan ini dilakukannya dengan menulis surat kepada sahabatnya di negara lain (Belanda), yang sesungguhnya isi dari surat Kartini mengungkapkan betapa Kartini merasa iri dengan kaum perempuan di negara sahabatnya yang memperoleh perlakuan setara dengan pria dalam banyak hal.

         Perjuangan Kartini ternyata telah  membuahkan hasil, karena saat ini banyak kaum perempuan yang  menduduki jabatan penting, dan memperoleh kesempatan yang sama dengan pria. Wanita karier sudah merupakan persoalan yang wajar dalam masyarakat, tidak ada lagi yang mempersoalkannya, sepanjang kaum perempuan dapat membagi waktu antara karier dan keluarga. Artinya dalam mengejar kariernya perempuan yang memilih untuk hidup berkeluarga juga harus dapat menjalankan perannya sebagai ibu dengan baik agar tercapai keseimbangan.

          Persoalannya sekarang di Indonesia sebagai negara yang mendeclare negara hukum, apakah hukum dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (site for strugle). Untuk menjawab persoalan ini harus dibedakan antara kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis. Kebutuhan praktis ini dimaksudkan bahwa hukum itu diperlukan untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan, sedangkan dalam kenyataannya hukum ini dikalahkan karena berbagai kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, budaya dan lain-lain.  Hal terakhir ini yang dinamakan kebutuhan strategis. Jadi dalam konteks ini telah dipakai pendekatan alternatif, artinya kebutuhan strategis atau praktis, padahal seharusnya kedua kebutuhan itu berjalan secara simultan dan bersifat kumulatif.

          Memang benar dalam  berbagai peraturan perundang-undangan di Indonesia telah melarang adanya diskriminasi terhadap perempuan. Hal ini berdasarkan argumentasi bahwa hak- hak perempuan merupakan hak asasi manusia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 45 Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.  Namun, dari kasus-kasus empirik   menunjukkan bahwa perempuan sering mengalami diskriminasi dalam berbagai hal. Oleh karena itu, pandangan yang mengatakan bahwa keadilan akan tercapai apabila penerapan hukum telah sesuai dengan apa yang sudah dirumuskan perlu dianalisis secara kritis. Analisis ini akan menunjukkan bahwa hubungan antara hukum dan keadilan tidak begitu kausal sifatnya. Hal ini dapat dipahami karena pada kenyataannya hukum itu tidak dapat dilepaskan dari proses politik. Dengan demikian upaya memberikan keadilan kepada perempuan tetap dapat dilakukan melalui hukum tetapi harus selalu  memperhatikan perubahan sosial dan budaya hukum yang berkembang dalam masyarakat.

       Dari uraian tersebut diatas, nampaklah bahwa pandangan yang berkembang selama ini bahwa hukum adalah institusi netral yang dapat dipakai sebagai sarana untuk memperoleh keadilan  perlu dipertanyakan kembali, karena diakui atau tidak kebutuhan praktis dan kebutuhan strategis tentu mewarnai setiap pengambilan keputusan, Inilah yang harus selalu direfleksikan agar tidak kecewa karena ternyata hukum tidak mampu menjawab keinginan yang ada. Selamat Hari Kartini 2012, Hidup Perempuan Indonesia.

Penulis : Dr.Atik Krustiyati,S.H.,M.S
Dosen Fakultas Hukum Universitas Surabaya
Sekretaris ISWI Surabaya 

Renungan 133 Tahun Peringatan Kartini “ Aku bangga ada kartini”



 
               Hari ini 21 April 2012 tepat  133 tahun peringatan hari Kelahiran Kartini, betapa bangganya saya terhadap beliau , karena kita termasuk saya bisa menjadi Doktor  seperti ini berkat perjuangan RA Kartini yang memperjuangkan persamaan derajat  kaum wanita dan pria terutama dalam hal pendidikan . 
 
         Kartini tumbuh di lingkungan Jawa yang teguh memegang adat-istiadat. Di tengah kuatnya dominasi adat, Kartini berani berdiri untuk menantang semua adat itu. "Peduli apa aku dengan segala tata cara itu... segala peraturan, semua itu bikinan manusia, dan menyiksa diriku saja. Kau tidak dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket di dunia keningratan Jawa itu... tapi sekarang mulai dengan aku, antara kami (Kartini, Roekmini, dan Kardinah) tidak ada tata cara lagi. Perasaan kami sendiri yang akan menentukan sampai batas-batas mana cara liberal itu boleh dijalankan" (Surat Kartini kepad Stella, 18 Agustus 1899).
Kartini memahami bahwa setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan yang sama. Kartini menolak adat Jawa yang membedakan  manusia berdasarkan asal keturunannya.

        Kebencian Kartini terhadap segala bentuk etiket yang diskriminatif, mendorongnya untuk mengintip nilai-nilai yang berlaku di kalangan teman-teman Belandanya. Kartini menganggap bahwa peradaban mereka lebih tinggi dibandingkan masyarakat Jawa. Hal ini terungkap dari petikan suratnya "Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik; orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi lagi, dan mereka itu meniru yang tertinggi pula ialah orang Eropa" (Surat Kartini kepada Stella, 25 Mei 1899).

              Diskriminasi yang dilakukan Belanda telah mengajarkan bahwa pribumi atau bangsa Timur adalah rendah dan bangsa Barat adalah mulia.Kartini menyimpulkan bahwa pangkal kemunduran dan rasa rendah diri yang dialami oleh masyarakat adalah mundur dan minimnya pendidikan yang mereka rasakan. Kaum pribumi adalah kaum terbelakang dan bodoh. Pendidikan menjadi hak patenbagi kalangan ningrat dan para penjajah.
             
 Titik tolak perjuangan Kartini diawali dengan membenahi pendidikan di kalangan pribumi, tak terkecuali kaum wanita. Kartini membuat nota yang berjudul "Berilah Pendidikan Kepada Bangsa Jawa" kepada pemerintah kolonial. Dalam nota tersebut, Kartini mengajukan kritik dan saran kepada hampir semua Departemen Pemerintah Hindia Belanda, kecuali Departemen angkatan Laut (Marine). "Aku mau meneruskan pendidikanku ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yang telah kupilih" (Surat Kartini kepada Ny. Ovink Soer, 1900). Barat telah menjadi panutan dan kiblat Kartini untuk melepaskan diri dari kungkungan adat. "Pergi ke Eropa. Itulah cita-citaku sampai nafasku yang terakhir" (Surat Kartini kepada Stella, 12 Januari 1900). Namun cita-cita ini harus kandas di tangan para sahabat-sahabatnya yang tak menginginkan Kartini memiliki maju .
 
           Perjalanan Kartini pada Tahun-tahun terakhir sebelum wafat, ketika mendapatkan hidayah ini  ... Kartini menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang bergolak di dalam pemikirannya. Ia mencoba mendalami ajaran yang dianutnya, yaitu Islam. Ajaran Islam pada awalnya tak mendapat tempat di benak Kartini. Hal ini dikarenakan pengalaman yang tak mengenakkan dengan Sang ustadzah. Sang ustadzah menolak menjelaskan makna ayat yang sedang diajarkan. Perjalanan Hidup Kartini akhirnya bertemu dengan Kyiai ..... "Kyai, perkenankanlah saya menanyakan, bagaimana hukumnya apabila seorang yang berilmu, namun menyembunyikan ilmunya?". Tertegun Kyai Sholeh Darat mendengar pertanyaan Kartini yang diajukan secara diplomatis itu. "Mengapa Raden Ajeng bertanya demikian?" Kyai Sholeh Darat balik bertanya. "Kyai, selama hidupku baru kali ini aku sempat mengerti makna dan arti surat pertama, dan induk Al-Quran yang isinya begitu indah menggetarkan sanubariku. Maka bukan main rasa syukur hatiku kepada Allah, namun aku heran tak habis-habisnya, mengapa selama ini para ulama kita melarang keras penerjemahan dan penafsiran Al_Quran dalam bahasa Jawa. Bukankah Al-Quran itu justru kitab pimpinan hidup bahagia dan sejahtera bagi manusia?" dan akhirnya diterjemahkan dalam bahasa Jawa sampai 13 juz karena  Kyai Sholeh Darat meninggal dunia, sehingga belum selesai diterjemahkan seluruh  Quran ke dalam bahasa Jawa.
 
            Kartini mendalami agama Islam, ketika sudah mendapatkan hidayah , dimana disampaikan pada kyai Haji Mohammad Sholeh bin Umar, seorang ulama besar dari Darat, Semarang, telah merubah segalanya. Kyia Sholeh diminta menterjedmahkan Al quran sebanyak 13 juz dari surat Alfatihah sampai surat Ibrahim ....., dimana dalam memenuhi seruan  di surat Al Baqarah ayat 193 .. Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti “ dari gelap kepada cahaya”  telah mendoronganya untuk merubah diri dari pemikiran yang salah kepada ajaran Allah. Tak berlebihan jika kita menyimpulkan bahwa tujuan Kartini adalah mengajak setiap wanita untuk menjadi muslimah yang memegang teguh ajaran agamanya, Kartini bertekad untuk menjadi seorang muslimah yang baik dengan memenuhi seruan Surat Al Baqarah ayat 193  .

        Sejarah, penggal waktu yang telah ditinggalkan. Sejarah, hanyalah saksi bisu  yang bergantung pada kacamata manusia untuk membacanya.Adalah sebuah keharusan untuk membaca sejarah secara obyektif berdasarkan fakta. Demikian halnya dengan perjuangan Kartini. Benarkah Kartini menginginkan kaum wanita mengejar kesetaraan kedudukan dengan kaum laki-laki di semua bidang ? Obyektifitas adalah syarat utama untuk mengkaji sebuah sejarah. Yang jelas Emansipasi sesuai kodrat wanita . 

           Harapanku terhadap penerus kartini ini bisa meneruskan perjuangan sesuai dengan perkembangan zaman, menurut saya sebagai penerus Kartini kita wajib mempunyai Ilmu apapun yang ditekuni dan diminati serta dibutuhkan untuk bekal hidup  ( dapat dikatakan sebagai intelektual kita dalam menghadapi masalah  kehidupan? Bekal hidup baik di dunia dan di akherat ), selanjutnya kita mesti memiliki Iman dan taqwa dalam menghadapi kehidupan  karena dengan inilah kita mendapatkan  maslaka yang akhirnya bisa menaikkan derajat kaum perempuan , Demikian halnya dengan sejarah perjuangan R.A Kartini. Selama ini yang dipahami dan dicatat dari perjuangan Kartini adalah semangat emansipasi untuk menjadikan kaum wanita mempunyai hak yang sama dan sejajar dengan kaum laki-laki.Sehingga yang terlihat kemudian adalah wanita Indonesia yang tergopoh-gopoh untuk menempatkan diri pada posisi-posisi yang didominasi oleh kaum pria. Kata "emansipasi" telah bergeser penentangan terhadap fitrah kaum wanita yang memang berbeda dengan lawan jenisnya.

           Andai saja Kartini sempat mempelajari keseluruhan ajaran Islam (Al Quran) maka tidak mustahil jika ia akan menerapkan semaksimal mungkin semua kandungan ajarannya. Kartini sangat berani untuk berbeda dengan tradisi adatnya yang sudah terlanjur mapan. Kartini juga memiliki modal ketaatan yang tinggi terhadap ajaran Islam. "Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak  perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. 

          Kartini memahami bahwa kebangkitan seseorang ditandai oleh kebangkitan cara berfikirnya. Kartini mengupayakan pengajaran dan pendidikan bagi wanita semata-mata demi kebangkitan berfikir kaumnya agar lebih cakap menjalankan kewajibannya sebagai seorang wanita. Kartini bertekad untuk menjadi seorang muslimah yang baik dengan memenuhi seruan Surat Al Baqarah ayat 193. Minazh-Zhulumaati ilan Nuur yang berarti dari gelap kepada cahaya telah mendoronganya untuk merubah diri dari pemikiran yang salah kepada ajaran Allah. Tak berlebihan jika kita menyimpulkan bahwa tujuan Kartini adalah :   mengajak setiap wanita untuk menjadi muslimah yang memegang teguh ajaran agamanya.

        Terimakasih pada  Ibuku tercinta yang sudah Almarhum ,sebagai kartini  ada masanya  Yang memberikan kasih sayang sepenuh hati, Di masa-masa sulit sekalipun tetap bertahan .Memberikan arti ketegaran  , Ibuku tercinta,Yang dengan kelembutan kasih sayang . Memberikan dorongan tuk bertahan & berjuang. Kesederhanaan  adalah bersyukur, berdoa, dan berusaha. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.Jika kamu telah selesai untuk satu urusan,kerjakanlah urusan yang lain dengan sungguh-sungguh.Dan hanya kepada Tuhanmulah kamu berharap. ( Q.S. Al Insyirah [94] : 6-8 ) .

Sekarangpun kita pada tahap kurva kehidupan masing masing   dan kita sikapi dengan persiapan  sesuai  yang ada pada kita  sesuai dengan kemampuan yang ada. Ya Allah  cita-cita Kartini terwujud tidak lagi dipingit , dijodohkan, terbelenggu  dengan keluh kesahnya kartini …

Ya takdirnya  perempuan  Emansipasi  sesuai kodrat   dan hebatnya  kalau kita perhatikan  sekarang sudah banyak perempuan   penerus  Kartini    antara lain adanya perempuan perempuan : Menteri, penerima Anugrah, tidak ada pahlawan yang lahir tanpa seorang wanita, camat , bupati dan pejabat , dosen / guru / guru besar  , sopir taxi ,ahli  dalam  bidang apapun, astronot, kepala sekolah dll  ya sekarang tidak jauh kita semua perempuan  bangga dengan kartini sebagai penerusnya  emansipasi perempuan sesuai kodratnya  jangan lupa. Perempuan  dengan yang tidak dapat disebut satu persatu  dan yang hebat peran ganda yang  lumayan ini patut dihargai,   kalau kita kembali kemasa lalu jadi   tertawa sendiri   setiap   juara, Mahasiswa terbaik    kebanyakan perempuan, ada lagi  lihat saja ada perempuan   yang dalam waktu bersamaan  sedang memasak , membaca, mendengarkan , menerima telepon dstnya  kita bisa melihat di Bank  saat melayani pelanggan ,dan  juga di kantor tercinta....  maklum waktu  itu belum ada peran menjadi Ibu….ya Ibu  yang menghasilkan Pemimpin kita  semua dan yang membesarkan kita  dalam kandungannya 9 bulan
Mari  kita tingkatkan Peran perempuan di manapun kita berada sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepada kita sesuai kemampuan, bersinergi dengan  pria   melangkah bersama menggapai  mimpi , mewujudkan cita –cita kartini . Mari kita isi kehidupan yang hanya sekali dan waktupun terbatas ini  sesuai dengan  Tujuan hidup kita .Menjalani Hidup seperti air mengalir mencari jalan lain bila mengalami kebuntuhan , sebagai  perjalanan Hidup  ... Bangga jadi perempuan  ,bangga dengan peran kita ,iklas dengan segala yang ada.

Bersyukur ada Kartini   yang lahir 21 April 1879 yang sudah 113 tahun ini  sehingga muncul  ledakan Perempuannnya   sebagai cermin tragedy perempuan di abad itu … dan  mencetuskan Perubahan besar  bagi kebangkitan kaum perempuan  Indonesia  ya karena Jiwanya   yang  membuat Kartini  terinspirasi. Ada  apa dengan Kartini waktu itu menulis 150 surat kepada Ny dan Tuan Abandanon mungkin waktu itu dianggap ibu jiwanya    mungkin    bagi  Kartini tidak ada cara lain hanya  surat yang disulap menjadi lidah  untuk  menyampaikan Hati nuraninya  karena Kartini terpasung  dan      keakaban keakraban pada mereka yang maju di Eropah  dan  terbuka  dalam keluh kesah ....

 Pesanku satu lagi kepada perempuan   Semuanya     :
Apapun keadaan diri, kita harus senantiasa bersyukur dan tetap bangga menjadi perempuan dan perempuan  ini telah menjadi dirinya sendiri berkat perjuangan Kartini.  Repeat after me: “I believe that I am better and more important than anyone else” Kita perempuan  dengan segala keterbatasannya  ,
Selain itu, kita juga butuh melatih dan memelihara keyakinan serta kepercayaaan diri. Dengan menyadari kekuatan dan kelebihan sebagai perempuan yang kita miliki, dan mau berjuang selangkah demi selangkah menuju sasaran hidup yang telah kita tentukan, ditambah bekal kekayaan mental yang kita miliki, pastilah kemajuan dan kesuksesan yang lebih baik akan kita peroleh. Namun    kesuksesan dan kegagalan adalah perjalanan Hidup , tidak ada yang gagal di dunia ini  kecuali yang berhenti berusaha . Terimakasih .

Penulis :  Dr . Hj .Ir .Tri Cicik W, SE , MM, MPsi
( Senior Manajer   Pengembangan Perusahaan
PT Semen Gresik ( Persero )Tbk ).

KARTINI SOSOK WANITA KREATIF



Saya mengenal nama Kartini berpuluh tahun silam ketika masih duduk di kelas 1 SD. Waktu itu ibu saya membelikan saya buku cerita bergambar yang menceritakan tentang Kartini. Saat itu, saya belum lancar membaca, tapi dengan bantuan gambar yg ada di buku tersebut saya dapat memahami cerita tentang Kartini. Saya sangat terkesan dengan cerita dalam buku tersebut dan berpikir betapa hebatnya sosok Kartini. Ditengah budaya feodal yang sangat mengagungkan keningratan dan derajat, ia lahir dan membawa pola berpikir yang berbeda dengan kebanyakan kaumnya.
 

Kaum wanita yang bersekolah di masa Kartini kecil tumbuh, bisa dihitung dengan jari. Bila mereka bukan dari golongan ningrat atau pejabat negara, jelas tidak punya kesempatan untuk sekolah. Putri yang memiliki darah ningrat sekalipun belum tentu dapat tetap mengenyam pendidikan hingga selesai karena ketika telah dianggap cukup umur, mereka akan dinikahkan dan tidak lagi diperkenankan melanjutkan pendidikannya. Eyang putri saya mengalami hal ini. Beliau kebetulan adalah sosok wanita berbakat yang memiliki kemampuan di bidang keputrian yang menonjol, namun sayangnya harus merelakan melepas pendidikannya karena harus menikah.
 

KeberaniaN Kartini berani mendobrak tatanan sistem pada waktu itu, adalah sebuah hal yang mungkin bagi sebagian besar wanita di generasinya adalah hanya sebuah mimpi. Tapi Kartini membuktikan bahwa perempuan bukan hanya sosok yang nomor dua dalam berkarya. Buku yang ditulisnya "Habis Gelap Terbitlah Terang" menjadi inspirasi pemikiran bagi banyak wanita generasi saat ini.
Meski bukan menuntut persamaan hak dengan kaum lelaki, karena bagaimanapun hak laki-laki dan perempuan tetaplah berbeda, tetapi tuntutan Kartini agar perempuan memiliki kesempatan yang sama dalam berpendidikan menjadikan pintu kesempatan meraih pendidikan setinggi mungkin bagi kita kaum perempuan saat ini. Sutau ide yang kreatif dari seorang wanita jawa yang merasa menderita karena hasratnya mengenyam pendidikan harus terampas karena sistem. Kartini telah membuka jalan bagi wanita-wanita Indonesia meraih mimpi menjadikan dirinya berkiprah di dunia kerja yang semula hanya didominasi kaum laki-laki.


Jika saat ini telah banyak hakim wanita, pengacara wanita, dokter wanita, direktur wanita, rektor wanita, anggota DPR-MPR wanita, bahkan pemimpin wanita dan Presiden Wanita, rasanya tidak berlebihan jika kita mensyukuri kesempatan yang telah diberikan Tuhan lewat tangan seorang Kartini. Kreativitasnya yang berwujud ide memberi kesempatan bagi para perempuan mengenyam pendidikan dan cara berpikirnya yang lentur dalam menyikapi permasalahan pendidikan saat itu serta kemanfaatan ide originalnya telah menjadikan kita kaum wanita Indonesia memperoleh kesempatan yang luar biasa. Semoga ke depan, masih akan lahir sosok-sosk Kartini lain yang berani mendobrak sistem dengan ide-ide kreatifnya sehingga kehidupan wanita semakin berkualitas. Selamat Hari Kartini wahai kaumku...saya bangga memiliki sosok pahlawan wanita seperti ibu Kartini.


Penulis : Niken Pratitis S.psi., M.psi