Iqra’ ………!
Iqra’……..!
Iqra’ bissmika min kholaq
………………………………………
(QS. Al-Iqra)
Bacalah sejarah, agar kamu menjadi
bijaksana
(Soekarno)
Dengan membaca kamu akan melihat dunia,
bahkan lebih.
Bacaan adalah jendela dunia
(orang tua)
Kalimat-kalimat
tersebut begitu terpatri di hati dan pikiran , ketika dicamkan oleh ayah saat
pada masa kanak-kanak hingga saat ini, bahkan ada semangat yang menggelora di
dalamnya, arti, peran, dan tujuannya sampai kini masih terlihat.
Mereka adalah
tokoh – Tokoh kehidupan , Tokoh agama, Tokoh Bangsa dan Tokoh Keluarga.Tetapi
mereka juga Tokoh Proklamator yang memerdekakan umatnya dari kegelapan dan
kekufuran ,mereka juga tokoh Proklamator
yang memerdekakan bangsanya dari
kehinaan dan Lumpur Penjajahan, mereka juga tokoh Proklamator yang memerdekakan keluarganya dari ketidaktahuan
dan kebodohan . Bahkan Tokoh Kemanusiaan bagi Pendidikan dan
Pemberdayaan.
Mereka
menanamkan dasar pendidikan , mereka menumbuhkan minat pengetahuan, mereka menyelaraskan pendidikan dan moral , mereka memberi pendidikan dasar , lanjut bahkan
penekanan Pendidikan di masa
mendatang , serta menanamkan dan
menumbuhkan jati diri.
Mereka
mengerti dan menghayati arti, karena :
Pendidikan bukanlah sebuah hasil akhir karena Pendidikan tidak punya tujuan akhir.
Pendidikan bukanlah proses yang
berkesimpulan , tetapi pendidikan
adalah proses dinamis dan berkesinambungan .
Pendidikan bukanlah milik sekelompok golongan ,
melainkan pendidikan milik semua orang .
Pendidikan adalah hak setiap Individu di muka
bumi ini , bukan golongan individu
mengklaim pendidikan.
Pendidikan memberdayakan pikiran
dan tindakan , bukan untuk membelenggu pikiran dan tindakan .
Pendidikan mempunyai cangkupan
luas dan tak terbatas tetapi terarah dan berpijak , bukan sempit dan terbatas serta tak terarah dan tak berpijak.
Ironis memang melihat pendidikan
saat ini , di mulai dari system ,
Lembaga Pendidikan , Tenaga Pendidik , biaya pendidikan , sarana dan prasarana,
kurikulum serta campur tangan dan kepentingan pihak lain
begitu carut marut dan tumpang tindih tiada ujung dan pangkalnya .
Pada masa Orde Lama, sebagai
bangsa yang baru merdeka yang terlepas dari kungkungan penjajah mulai
memikirkan bagaimana mengelola bangsa
besar ini dengan menciptakan system –system bagi pengaturan kehidupannya,
tak terkecuali juga bidang pendidikan .
System pendidikanera Orde Lama
adalah pencari Jati diri. Bagaimana
menanggalkan system pendidikan
pendidikan yang bercorak kolonial
dan mewujudkan system
pendidikan yang nasionalis denga
corak Indonesianya .
Pendidikan era Orde Lama belum atau setidaknya masih
sedikit memberi kontribusi pada
pembangunan bangsa dan bernegara.
Ketika Era Orde Lama tumbang dan
diganti era Orde Baru, maka sendi –sendi kehidupan berbangsa ini juga mengalami
perubahan . Demikian pula dengan bidang pendidikan Pendidikan Orde lama adalah
pendidikan yang berproses mencari jati diri, maka pendidikan pada era orde Baru adalah pendidikan yang diarahkan pada suatu
maksud tertentu.
Pendidikan yang disandingkan dengan keharmonisan system politik yang berlaku, pendidikan untuk menciptakan insan- insan Pancasila
dengan menjabarkan dan mengartikan
Pancasila sesuai dengan pengertian dan kemauan Orde Baru, sehingga Pancasila menjadi tidak
kenyal, tidak elastic dan terpaku pada
satu kehendak yaitu kehendak Orde Baru.
Tumbangnya Orde Baru berimbas pada kehancuran sendi- sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara. Tatanan yang teratur itu porak poranda
berkalang Tanah , karena tatanan tersebut disusun bukan berdasar pada kemauan masyarakat yang ada tetatpi
kehendak dari penguasa.
Dunia Pendidikan terkena Imbasnya , semua system , tatanan,
lembaga, kurikulum dan sebagai nya carut
marut dan tak berlandasan. Tidak ada
salahnya bila orang bijak berkata’Dengan
keadaan ini kita kehilangan satu
generasi ‘ Satu Generasi dari
Tongkat estafet kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Kerugian yang terbayangkan dan tak terkira dalam pemikiran kita. Bagaimana mungkin
perubahan iklim nasional menimbulkan kerugian bahkan bencana yang besar bagi bangsa ini . Tetapi
itulah kenyataanya .
Dan pada Era Reformasi ini pun carut marut dunia pendidikan kita masih berlanjut . Kita di didik untuk menkritisi tapi hasil
dari pola asuh terjadi korupsi.
APBN telah dianggarkan tapi sekolah
masih mahal, Kontradiktif dengan amanat Undang Undang 45 Pasal …… Ketidaksiapan
Pemberdayaan manuasia terhadap program yang ambisius berimplikasi pada
kegagalan . Sinkronisasi nilai – nilai agama, pendidikan dan sosial
terabaikan. Hanyakah kita Berdiam
diri dan menatap kosong keadaan ini,
Ataukah memang seperti ini tujuan
Dunia Pendidikan Kita ,
Mungkinkah kita masih menyimpan
suatu semangat, kepedulian , dan harapan
untuk memperbaiki dan menata kembali serta berjuang lagi seperti pendahulu- pendahulu kita demi
suatu cita – cita yang agung dan mulia demi memajukan dan mencerdaskan
Bangsa.
Penulis
Nurul Indah Susanti, M.Si, Psikolog
Dosen UHT
Direktur PT. Media Hati
Pengurus ISWI Bidang Kerjasama