Senin, 07 Mei 2012

SEBUAH RENUNGAN DUNIA PENDIDIKAN KITA

Iqra’ ………!
Iqra’……..!
Iqra’ bissmika min kholaq
………………………………………
(QS. Al-Iqra)
Bacalah sejarah, agar kamu menjadi bijaksana
(Soekarno)
Dengan membaca kamu akan melihat dunia, bahkan lebih.
Bacaan adalah jendela dunia
(orang tua)

Kalimat-kalimat tersebut begitu terpatri di hati dan pikiran , ketika dicamkan oleh ayah saat pada masa kanak-kanak hingga saat ini, bahkan ada semangat yang menggelora di dalamnya, arti, peran, dan tujuannya sampai kini masih terlihat.
Mereka adalah tokoh – Tokoh kehidupan , Tokoh agama, Tokoh Bangsa dan Tokoh Keluarga.Tetapi mereka juga Tokoh Proklamator yang memerdekakan umatnya dari kegelapan dan kekufuran ,mereka juga tokoh Proklamator  yang memerdekakan bangsanya dari  kehinaan dan Lumpur Penjajahan, mereka juga tokoh  Proklamator yang memerdekakan  keluarganya dari  ketidaktahuan  dan kebodohan . Bahkan Tokoh Kemanusiaan bagi Pendidikan dan Pemberdayaan.
Mereka menanamkan dasar pendidikan , mereka menumbuhkan minat pengetahuan, mereka menyelaraskan  pendidikan dan moral , mereka memberi  pendidikan dasar , lanjut  bahkan  penekanan Pendidikan  di masa mendatang , serta menanamkan dan   menumbuhkan  jati diri.
Mereka mengerti  dan menghayati  arti, karena :
Pendidikan bukanlah  sebuah hasil akhir  karena Pendidikan  tidak punya tujuan akhir.
Pendidikan bukanlah  proses yang  berkesimpulan , tetapi pendidikan  adalah proses dinamis dan berkesinambungan .
Pendidikan  bukanlah milik sekelompok golongan , melainkan  pendidikan milik semua orang .
 Pendidikan adalah hak setiap Individu di muka bumi ini , bukan golongan  individu mengklaim pendidikan.
Pendidikan memberdayakan pikiran dan tindakan , bukan untuk membelenggu pikiran dan tindakan .
Pendidikan mempunyai cangkupan luas  dan tak terbatas  tetapi terarah  dan berpijak , bukan sempit dan terbatas  serta tak terarah  dan tak berpijak.

Ironis memang melihat pendidikan saat ini , di mulai  dari system , Lembaga Pendidikan , Tenaga Pendidik , biaya pendidikan , sarana dan prasarana, kurikulum  serta  campur tangan dan kepentingan  pihak lain  begitu carut marut dan tumpang tindih tiada ujung dan pangkalnya .

Pada masa Orde Lama, sebagai bangsa  yang baru merdeka  yang terlepas dari kungkungan penjajah mulai memikirkan  bagaimana mengelola bangsa besar ini  dengan menciptakan  system –system bagi pengaturan kehidupannya, tak terkecuali juga bidang pendidikan .
System pendidikanera Orde Lama adalah pencari Jati diri. Bagaimana  menanggalkan  system  pendidikan  pendidikan yang bercorak kolonial  dan mewujudkan  system pendidikan  yang nasionalis denga corak  Indonesianya .

Pendidikan  era Orde Lama belum atau setidaknya masih sedikit memberi  kontribusi pada pembangunan  bangsa dan bernegara.

Ketika Era Orde Lama tumbang dan diganti era Orde Baru, maka sendi –sendi kehidupan berbangsa ini juga mengalami perubahan . Demikian pula dengan bidang pendidikan Pendidikan Orde lama adalah pendidikan  yang berproses  mencari jati diri, maka pendidikan  pada era orde Baru adalah pendidikan  yang diarahkan  pada suatu  maksud tertentu.

Pendidikan  yang disandingkan  dengan keharmonisan  system politik yang berlaku, pendidikan  untuk menciptakan insan- insan Pancasila dengan menjabarkan dan mengartikan  Pancasila sesuai dengan pengertian dan kemauan  Orde Baru, sehingga Pancasila menjadi tidak kenyal, tidak elastic dan terpaku  pada satu kehendak yaitu kehendak Orde Baru.

Tumbangnya  Orde Baru berimbas pada kehancuran  sendi- sendi  kehidupan berbangsa dan bernegara. Tatanan yang teratur itu porak poranda berkalang Tanah , karena tatanan tersebut disusun bukan berdasar  pada kemauan masyarakat yang ada tetatpi kehendak  dari penguasa.

Dunia Pendidikan  terkena Imbasnya , semua system , tatanan, lembaga, kurikulum dan sebagai nya  carut marut  dan tak berlandasan. Tidak ada salahnya  bila orang bijak berkata’Dengan keadaan ini kita kehilangan satu  generasi ‘ Satu Generasi  dari Tongkat  estafet  kehidupan  berbangsa dan bernegara.
Kerugian  yang terbayangkan  dan tak terkira  dalam pemikiran kita. Bagaimana mungkin perubahan  iklim nasional  menimbulkan kerugian  bahkan bencana  yang besar bagi bangsa ini . Tetapi itulah  kenyataanya .

Dan pada Era Reformasi  ini pun carut marut  dunia pendidikan  kita masih berlanjut .  Kita di didik untuk menkritisi tapi hasil dari pola asuh  terjadi korupsi. APBN   telah dianggarkan tapi sekolah masih mahal, Kontradiktif dengan amanat Undang Undang 45 Pasal …… Ketidaksiapan Pemberdayaan manuasia terhadap program yang ambisius berimplikasi pada kegagalan . Sinkronisasi nilai – nilai agama, pendidikan dan sosial terabaikan.  Hanyakah kita  Berdiam  diri dan menatap kosong keadaan ini,
Ataukah memang seperti ini tujuan Dunia Pendidikan Kita ,
Mungkinkah kita masih  menyimpan  suatu semangat, kepedulian , dan harapan  untuk memperbaiki  dan menata  kembali serta berjuang  lagi seperti pendahulu- pendahulu kita demi suatu cita – cita  yang agung  dan mulia demi memajukan dan mencerdaskan Bangsa.




Penulis

Nurul Indah Susanti, M.Si, Psikolog
Dosen UHT
Direktur PT. Media Hati
Pengurus ISWI Bidang Kerjasama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar